pada akhir Januari 1999, anak-anak dan remaja dari GKPB MDC Ambon mengadakan retret di pinggir kota di di Field Station Fakultas Perikanan Un Pattimura di Hila bagian utara pulau Ambon. pada hari terakhir mereka retret pecah kerusuhan di kota Ambon, bis yang menjemput mereka tidak kunjung datang. akhirnya pdt Melky S berserta 3 orang turun ke kota, setibanya mereka di koramil, di beritahukan bahwa sudah tidak aman, mereka di sarankan untuk tidak meninggalkan koramil. namun tidak mungkin pdt Melky meninggalkan anak-anak dan pengerja yang lain di Hila, jadi mereka nekat kembali ke sana dengan membawa mobil untuk mengangkut anak-anak. di tengah jalan malang tidak dapat di tolak, mereka berpas-pas-an dengan ngerombolan muslim radikal, pdt Melky dan seorang lainnya di tusuk sampai mati sementara 2 orang berhasil melarikan diri. dari mobil yang di bawa oleh pdt Melky mungkin gerombolan ini menemukan selebaran retret sehingga kemudian mereka pergi ke Hila dan mendapati anak-anak dan remaja di sana, termasuk Roy Pontoh. pada saat Roy Pontoh diminta untuk menyangkali imannya, ia menjawab " Beta (saya) Laskar Kristus" dan tebasan parang mengenai lengannya. sekali lagi Roy di tanya dan ia tetap teguh menjawab " Beta Laskar Kristus" dan sabetan parang melukainya lengan yang satunya lagi. ditanya untuk terakhir kalinya, Roy tetap menjawab " Beta Laskar Kristus" dan kali ini parang menembus perutnya dan membunuh nya. Roy yang masih berusia 15 tahun saat itu menjadi martir seketika, dan pulang ke pangkuan Bapa.
.
sebelum meninggal, saat masih di rumah belum pergi retret, Roy sempat bertanya pada ibunya 3 pertanyaan :
1. ibu, surga itu seperti apa?
2. bagaimana menjadi pahlawan Iman?
3. apa yang antikris kerjakan di bumi?
ibu dan ayah Roy (bpk Syamsudin Pontoh, mantan Muslim) awalnya protes pada Tuhan, mengapa Tuhan tidak bela Roy. namun akhirnya mereka sadar bahwa Roy harus menjadi martir, pahlawan Imanayah Roy kini yang pns giat membuka pos gereja di Sorong, Fak-fak dan Nabire
No comments:
Post a Comment