Google

Wednesday, July 29, 2009

Angkat Tilam mu

Beberapa hari yang lalu, teman saya mengeluh, saat ia buka facebook teman-teman SMA, smuanya sudah menikah, punya anak sedangkan dia masih lajang dan kadang-kadang masih minta ke orang tua. Padahal sebagai informasi teman saya sebenarnya punya gelar profesi di depan namanya.
Ada satu hal yg saya perhatikan dari diri teman saya, yaitu sebut saja AD, dia terlalu menikmati hidupnya saat ini, menikmati ’kesendiriannya’. AD enjoy baca ebooks berjam-jam, online di situs jejaring sosial berjam-jam, walau kadang saya heran mengapa ia tidak menemukan pasangan juga di sana. Tidak sedikit upaya teman-teman mencarikan jodoh buat AD, (juga dari pihak keluarga saya yakin), tapi semua mentah di tengah jalan, entah keberatan dari AD atau dari pihak perempuan.
AD juga tanpaknya puas dengan penghasilannya yang kelihatannya kurang, pernah beberapa kali, saya dan teman yang lain menawarkan peluang lain, tapi di tolaknya dengan pelbagai alasan.
Dear friends, adakalanya kita seperti AD, menyadari ada yg salah dalam hidup kita, tapi kita diam saja, kita lebih suka memangku tangan, meratapi nasib, dan mungkin complain dengan mengatakan Tuhan tidak adil, mengapa si A berhasil, kita tidak, lalu kemudian menangis sambil bernyanyi “betapa malang nasibku….”
Teman, jika kita ada di posisi seperti AD saat ini, sudah saat kita bertindak, meninggalkan zona nyaman kita. Cari dan raih segala peluang dan kesempatan baru, tinggalkan segara keraguan, apalagi kemalasan. After all, kita gat au apakah usaha baru kita ini akan berhasil atau tidak sebelum kita mencobanya bukan? Isn’t worth to tryin it? For a better future?
Sama seperti saat bangsa Israel, di panggil keluar dari Mesir, menuju Kanaan, tanah yang berlimpah susu dan madunya, namun untuk mencapa Kanaan, yang perlu mereka lakukan ialah melangkah keluar dari Mesir, melakukana langkah pertama dan langkah2 selanjutnya menuju Kanaan. Israel tidak akan menikmati kekayaan tanah Kanaan, jika mereka tetap di Gosyen, zona nyaman mereka. Terkadang saya heran, mengapa kita begitu nyaman dengan zona nyaman kita yang sebenarnya tidak nyaman-nyaman amat. Zona nyaman AD, membuat ia hidup dalam keterbatasan financial dan kesendirian. Sama seperti mengapa Israel begitu nyaman di Gosyen? di mana mereka sebenarnya tinggal sebagai budak. Alasan mengara mereka menerima nasib mereka sebagai budak, dan kehidupan kita yang serba kekurangan ialah, hanya karena kita sudah terbiasa seperti itu. Kita terlalu nrimo apa yang sudah terkondisi bagi diri kita.
Teman, jika kamu ada dalam kondisi yang sama seperti AD, ingin adanya suatu perubahan dalam kehidupan kamu, saatnya kamu bertindak, ambilkah semuah kesempatan, ambil sebuah resiko, tinggalkan kebiasaan atau apapu, yang mengikat kamu untuk statis. Sama seperti orang sakit di kolam Betesda, dimana Tuhan Yesus memerintahkan kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.". orang itu tidak akan sembuh jika ia tidak bangun, mengankat tilam dan berjalan. Namun ia mengambil tindakan, suatu peluang, suatu resiko, untuk bangun, mengangkat tilam, berjalan, dan mukzizat terjadi atasnya.
Teman, skrg saatnya, kamu bangun dan angkat tilammu, berjalan kearah hari depan yang cerah yang lebih baik yang Tuhan sediakan bagi kita smua. God bless