Google

Wednesday, November 20, 2013

Natal Yang Bukan Natal

Sementara gereja Katolik dan gereja Protestan masih kompak mempraktekan tradisi kebaktian/misa malam dan hari natal, gereja karismatik mulai meninggalkan kebiasaan ini. Dengan alasan bahwa tanggal 25 Desember itu belum pasti adalah hari natal sesungguhnya, dan banyak alasannya lainnya gereja karismatik mulai memindahkan ibadah dan perayaan natal menjadi sebelum atau setelah 25 Desember. Di bawah ini adalah beberapa pemikiran saya mengenai hal tersebut.



Hak Istimewa
sebenarnya kita harus bersyukur pemerintah Indonesia telah berbaik hati mengakui 25 Desember sebagai hari raya nasional. Padahal masih banyak negara tidak mengakuinya. Adalah bijak kita dapat menghargainya dengan menggunakannya dengan baik. Bukan mustahil jika lambat laun kita mengabaikan ini, masing sibuk dengan tanggal nya masing-masing (yang penting merayakan Natal) pemerintah akan meniadakan hari natal sebagai hari libur nasional. Dan yang rugi adalah kita sendiri.

Semangat 
tahun ini komisi anak gereja saya menyelengarakan natal tanggal 7 Desember. Semangat dan suasana natal saya rasa masih sangat tipis pada saat itu. saya kawatir anak-anak hanya akan ingat mengenai liburan, hadiah mengenai natal, daripada esensi natal itu sendiri. atau jangan-jangan lama-kelamaan anak-anak malah bisa tidak tahu jika natal itu 25 Desember.

Kesatuan
kita mungkin tidak tahu kapan pastinya Kristus lahir di bumi, namun jika sebagiaan besar kita merayakannnya pada 25 Desember, mengapa kita sendiri ingin ekslusif dan menetapkan tanggal lain sendiri? bukan kah sesuatu yang indah jika umat Kristen-Katolik merayakan hari kelahiran Kristus bersama-sama? bergembira, merayakannya bersama seluruh umat Kristen sedunia. Menunjukan bahwa kita semua dapat bersatu, yang adalah doaNya sendiri di injil Yohanes.

Semoga kita dapat merenungkan ini sejenak.